Pengikut

Selasa, 01 September 2015

PENGALAMAN MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

Assalamualaikum wr. wb.
Baiklah kali ini saya akan bercerita sedikit sekaligus curhat tentang pengalaman Pertama (mudah-mudahan juga yang terakhir) tentang MRI ( Magnetic Resonance Imaging) di Rumah Sakit ST. Elisabeth Medan menggunakan kartu sakti BPJS.

Sebelumnya saya jelaskan dulu bagaimana kronologi mengapa saya harus menjalani pemeriksaan MRI.

Sekitar beberapa waktu yang lalu, saya mengalami cidera dibagian lutut sebelah kiri karena olahraga (jangan tanya olahraga apa :p). rasanya aneh sekali tidak seperti keseleo biasa, jangankan dipake jalan, dipegang aja sakitnya minta ampuuuuunnn. Bahkan untuk diluruskan dan ditekuk saja sangat susah seperti terkunci. Saat itu juga saya langsung dbawa ke salah satu tukang pijat keseleo dan patah tulang di daerah Bintaro, disana lutut saya dipijat dan saya dikasih minum air putih yang sudah di mantera (entahlah). Hasilnya, lutut saya sudah bisa ditekuk dan diluruskan walaupun rasanya tetap sangat sakit. Yaa, katanya sekitar 3 hari lagi sudah sembuh. Saya dan kedua orang teman saya pulang.

3 hari bahkan 1 minggu sudah berlalu, rasanya tetap sama malah bertambah bengkak. Kemudian ada kakak dari seorang teman saya yang bekerja dirumah sakit bagian fisioterapi kebetulan datang kerumah. Dia bilang dikompres dengan batu es supaya bengkaknya berkurang.

1 bulan pun berlalu, sdah bisa dipakai jalan pelan-pelan sekali, dan terasa bunyi klek klek klek (kurang lebih ya gitulah), dan kalau buru-buru sedikit saja, ya bisa-bisa sakit dan ga bisa dipake jalan lagi. Akhirnya karena sudah tidak tahan, saya pergi ke salah satu rumah sakit di Tanggerang dengan membawa rujukan dari dokter poliklinik kampus. Dokternya hanya ada hari jumat dan mulai jam 8 malam saja. Karena itu RS(1) terdekat dari kampus dan tempat tinggal saya jadi apa boleh buat. Saya pun datang hari selasa, mungkin karena belum rejeki, dokternya sedang keluar kota dan kembali sekitar 2 minggu lagi. Jadi saya memutuskan mencari RS (2) lain, nah dengan menggunakan teknologi google maps(maklum, saya seorang perantau), saya datang ke RS (2) yang paling dekat selanjutnya. Saya datang malam itu juga, taraaa.. dokternya kalau tidak salah ada hari senin sampai jumat, saya lupa jam berapa yang jelas pagi sampai siang, yaah jelas ga bisa karena saya kuliah. satu-satunya jalan yaitu menunggu 2 minggu lagi. 

Oke, 2 minggu kemudian saya kembali ke RS (1) yang pertama salah seorang teman saya, saya datang sore dan resikonya nomor antrian yang saya dapatkan yaitu no 21 (kalau tidak salah). Dokter spesialis orthopedi di RS tersebut datang sekitar pukul 21:00 WIB sehingga saya kebagian konsultasi pukul sekitar 00:30 WIB. Beliau bilang, tulangnya tidak masalah, hanya saja terdapat cairan di lutut saya, jika 2 minggu lagi masih ada berarti akan disedot. Kemudian saya diberi oleh-oleh obat yang totalnya (dengan biaya konsul & rontgen) sekitar 1 Juta rupiah (yaa.. ternyata sehat itu mahal sekali).

2 minggu selanjutnya, saya datang lagi. Saya registrasi pagi (izin tidak ikut olah raga dan apel pagi kampus) karena pengalaman pahit sebelumnya, dan antrian kali ini yaitu no 8 (mayan laah). Saya pulang dan datang kembali bersama 4 orang senior-senior saya. Sekitar jam 23:30 WIB bertemu dokter. "Cairan dilutut sudah hilang, jangan berlari atau olahraga dulu selama 3 bulan" katanya yang saya ingat waktu itu dan lagi-lagi diberi resep obat. Karena, obat di apotek RS(2) habis, jadi malam itu juga kami mencari apotik yang buka 24 jam dan kali ini total obat yang ditebus sekitar 750 rb rupiah, masih mahal untuk saya yang makan dan kuliah masih minta jatah sama orang tua ini.


Sudah 3 bulan berlalu, saya sudah bisa berjalan, tapi untuk lari itu sangat sulit sekali, rasanya tidak stabil, apalagi ketika naik tangga atau jalan yang curam. Jujur saja bahkan sampai sekarang saya cukup membenci tangga (maafkanlah). 

Waktu pulang kampung pun tiba. Melihat keadaan saya yang masih cukup sulit untuk beraktifitas dan mengeluh, orang tua saya langsung membawa saya ke praktik dokter orthopedi yang ada di bengkulu. hari itu sekeluarga pergi ke dokter. Tidak jauh berbeda dangan di Tanggerang, antriannya panjang sekali, karena hari itu sabtu, minggu dokter istirahat, jadi kami disarankan untuk datang hari senin.

Hari senin datang, lagi-lagi sekeluarga. Hasil konsultasi hari itu juga kata dokter "Seharusnya setelah jatuh itu di pasang pen, tidak boleh dipakai gerak sama sekali dalam waktu 3 minggu (ga ngebayangin dah, ga kuliah 3 minggu), sekarang tidak ada masalah, tulangnya masih bagus, tulangnya sedikit lecet ( hasil rontgen ulang ), kalau sekitar 3 bulan pemakaian lututnya dihemat-hemat bisa sembuh, kalau biasa kewarung jalan kaki ya kalau bisa titip atau naik motor aja". (3 bulan itu sehemat-hematnya yaa ga bisa hemat lah pokoknya mengingat kegiatan yang cukup banyak, bukannya menentang atau ngeyel tapi emang gak bisa -_- ). Dan oleh-oleh obat yang selanjutnya itu totalnya sekitar 700 rb rupiah (sama aja mahal walaupun ortu yang bayarin).

Oke, cerita selanjutnya akan dipersingkat bla bla bla... akhirnya saya magang di Tuntungan (perbatasan Medan, dan Deli Serdang) kenapa bisa disini, ya karena ceritanya dipersingkat. Awal Januari 2015 lutut saya yang sudah cukup bisa lancar berjalan seperti biasa (lari dan naik tangga tetep susah) kambuh dan terasa nyeri sehingga dipakai jalan pun susah. Ceritanya karena saya coba-coba buat lari tapi baru 2 langkah malah sakit dan ga bisa jalan. Tepatnya tanggal 7 Januari 2015 saya datang ke RS (3) yang ada di Kota Medan, sebelumnya saya telepon pihak rumah sakit dan menyesuaikan jadwal dokter. Tapi karena saat itu dokter sedang melakukan tindakan operasi jadi saya disarankan untuk ke RS (4) tempat dokter pindah itu praktik jam 4 sore. Sayangnya, informasi yang saya dapat salah, dokternya selesai praktik di RS tersebut jam 4 sore, setelah jam 4 sore dia ada ditempat praktiknya. Cusss langsung ketempat praktik dr. Chairandi spesialis orthopedi, bla bla bla.... disinilah saya mendapat rujukan MRI kesalah satu RS(5) di Kota Medan. Dokter bilang bahwa saya tetap harus olahraga agar ototnya tidak melemah, tapi hanya sepeda dan renang dan itu pun sekitar 15-30 menit saja (sungguh nikmat sehat itu penting sekali).

Mulai saat itu saya cari info tentang MRI, biayanya yang cukup mahal, tempat yang gelap dan sempit dan sebagainya membuat saya cukup takut. Beberapa pengalaman yang saya baca di sejumlah blog, biaya MRI sekitar 2-4 juta rupiah, dan dalam komentar sama seperti saya, banyak yang menanyakan apakah kita bisa menggunakan kartu BPJS untuk MRI, karena saya tidak mendapat jawaban, akhirnya saya urus perpindahan BPJS yang tadinya di Bengkulu. Karena sesuatu hal dan lain-lain, saya baru meminta rujukan dari puskesmas untuk ke dokter orthopedi (dengan menunjukan rujukan MRI dan hasil rontgen). Setelah mengantongi rujukan, saya datang ke RS (6) selanjutnya, tanpa terasa ternyata ini RS ke 6 yang saya sebutkan. Disana saya bertemu dr. Frans spesialis orthopedi, saya ceritakkan bahwa saya menggunakan BPJS dan dirujuk kesini, tidak bisa ke dr. Chairiandi. beliau bilang "sudah sangat tepat saya menemui dr. Chairiandi sebelumnya, jadi benar ini harus di lakukan pemeriksaan MRI karena disini tidak ada, jadi akan saya rujuk kesana untuk MRI dan bertemu dokter Chairiandi". Karena aturan menggunakan BPJS, saya hanya boleh menumpang pemeriksaan MRI di RS lain dan tetap kembali ke dr. Frans untuk pembacaan hasilnya. Hari itu juga, saya diantar oleh sahabat saya tercinta dan 2 orang perawat RS (6) menggunakan ambulance untuk melakukan MRI di RS (7) yaitu RS ST.Elisabeth. Biaya MRI senilai 2 juta rupiah yang dibawa dari RS(6) dibayarkan oleh kakak perawat pada saat pendaftaran MRI. 

Saya melihat ruangannya memang tidak ada lampu, tetapi sebagian salah satu sisinya adalah kaca yang membuat cahaya lampu dari ruang sebelahnya masuk sehingga tidak terlalu gelap. Didalam ruangan memakai baju khusus, pakaian yang dikenakan sebelumnya dilepas, saya sangat bersyukur karena diizinkan menggunakan kerudung, yaa tidak apa-apa asalkan tidak ada benda yang berhubungan dengan magnet. Medan magnet di ruangan itu sangat kuat, jadi ketika ada 1 jarum saja itu akibatnya bisa buruk. Didalam ruang MRI, pasien diberikan tombol yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kalau didalam ketakutan atau tidak nyaman, jika tombol ditekan, proses MRI akan dihentikan dan diulang dari awal. Saya juga didengarkan musik untuk mengatasi kejenuhan didalam. tetapi ruangan MRI sangat berisik (macem-macem bunyinya), kadang-kadang ngagetin juga, niatnya tadi pengen tidur tapi ga bisa ternyata. Banyak sekali macam suaranya, ada yang macam piring terbang srek krosek krosek, tat tak tak tuk, krrek krek, cetas cetas, brebrebrebrebrebrettt, terkadang berhenti dan ketika lanjut lagi itulah yang bikin kaget, suaranya aneh aneh dan ga ada seninya sama sekali, selain itu ruangan super dingin, saya menggigil waktu keluar dan malemnya sakit kepala karena bising dan dingin itu kali yaaa. Saya awalnya pngen buka mata tapi takut akhirnya ngintip sedikit dannnnnn waaaaahhh... ternyata sempit sekali. Saya tidak bergerak sedikitpun selain membuka mata sepersekiandetik dan menggerakan tangan sedikit :P. Yaaah begitulah, sayangnya saya ga sempet foto-foto di ruang MRI :3 dan gaada yang motoin saya hikss.

Sekitar 1 jam lebih beberapa menit, atau sekitar 12 lagu pop yang saya dengarkan, tanpa bergerak (kalau bergerak bisa diulang dari awal), sangat tidak menyenangkan akhirnya MRI selesai.
Hasilnya saya ambil keesokan paginya.

Sekarang hasil pemeriksaan MRI sudah saya bawa pulang, besok pagi saya akan menemui dr. Frans untuk membaca hasil MRI tersebut. mudah-mudahan apapun hasilnya saya bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan segera bisa sembuh, hanya itu harapan saya sekarang.

Buat kalian yang mengalami hal yang sama dengan saya, saya hanya bisa mendoakan semoga cepat sembuh dan menyarankan untuk berobat menggunakan BPJS saja karena biaya berobat itu sangat mahal, awalnya biayanya hanya sekian, tapi nanti sekian lagi dan lagi, memang cukup panjang prosesnya, tapi ini sangat membantu.
Kalau bisa jangan sampe mencicipi MRI ini yaa, bagi yang masih sehat, jaga selalu kesehatan, amit-amit lah ya pokoknya.  
Oke, baiklah sekian dan terimakasih
Wasalamualaikum wr. wb.




Assalamualaikum warahmatullah wabarakaatuh
pengen lanjutin cerita dulu..
sebelumnya mau ngasih tau dulu kalau hasil dari MRI sebelumnya yaitu kata dokter ligamen lutut saya robek sedikit. dokter menyarankan untuk dioperasi segera. agar tidak bertambah buruk, sebelum operasi saya disarankan untuk membeli brace lutut yang akhirnya saya beli seharga 3jt rupiah. kemudian karena sekitar  lebihkurang 3 minggu lagi urusan saya di Medan selesai, saya disarankan oleh dokter untuk operasi saat sudah kembali ke jakarta. saya mengurus semuanya dari awal. mulai dari pemindahan faskes kartu BPJS, kemudian dirujuk ke RS IMC bintaro (8) dan akhirnya saya dirujuk ke RS Medika BSD (9). tempat dimana saya melakukan pemeriksaan MRI yang ke 2. tapi rasa takut yang dulu pernah ada saat MRI pertama tidak sempat muncul lagi saat saya akan melaksanakan MRI ke 2 di RS (9). sedikit berbeda dari RS (7), di RS (9) pemeriksaan MRI tidak meggunakan pakaian khusus, alias memakai pakaian yang kita kenakan dari rumah saja, asalkan benda2 logam tidak dibawa masuk. ruangannya juga tidak terlalu gelap, dan durasinya hanya sekitar 20 menit saja. waktu saya tanya dengan mbak perawat disana kenapa lebih cepat daripada saat sebelumnya katanya mungkin beda spesifikasi alat. hasil MRI pun keluar hari itu juga, hanya menunggu sekitar 1 jam. kemudian saya langsung ketemu dokter, tetapi kata dokter ligamennya robek tetapi tidak terlalu besar, yang jadi masalah adalah dislokasinya sehingga tetap harus dioperasi untuk diperkuat. ya... singkat cerita akhirnya hari saat saya diekskusi tiba. dioperasi dan langsung dirawat di RS Medika BSD pada tanggal 23-24 April 2015. biaya operasi dan rawat inap sepenuhnya ditanggung oleh BPJS. benar2 kartu sakti memang. sebelumnya saya sudah melewati beberapa tahapan seperti pemeriksaan paru, laboratorium dll. hari itu saya ditemani mama dan ibu  mendaftar untuk operasi dan rawat inap, kemudian diinfus, dan mengganti pakaian khusus operasi. perlahan saya dibawa keruangan operasi dalam keadaan terbaring dikasur yang bisa jalan itu. ruangan operasi sangat dingin. tangan kanan diinfus dan tangan kiri terhubung ke entah alat apa namanya. jadi kalo leher saya gatel saya ga bisa garuk2. waktu itu saya hanya dibius lokal tapi tetap tidak bisa melihat prosesnya karena ditirai separuh badan. saya diajak ngobrol sama perawat dan salah satu dokternya. alhamdulillah operasi berjalan lancar meskipun sebelumnya ada beberapa kejadian yang bikin cukup trauma. yang pertama pembuluh darah saya pecah waktu akan diinfus, kedua jarum untuk bius ditulang belakang hampir patah sehingga dokter sedikit terkendala saat mencabut jarum tersebut, kata dokternya alo gerak dikit lagi aja jarumnya patah bahaya dan susah ngeluarinnya. jd saya tahan aja dah tuh sambil merem, saya juga nyilu kalo nginget2 itu. ya semua itu karena kesalahan saya yang tidak mengikuti intruksi perawat dan dokter dengan baik. disuruh diam, eh saya gerak karena saking perihnya. tapi alhamdulillah setelah diajak ngobrol selama kurang lebih 2 jam. operasinya selesai. gaada rasa sakit sedikitpun cuma geli2 doang. ya tapi itu sebelum jam 9 malam. tepat jam 9 malam sepertinya efek bius perlahan2 pergi. huwaa.. yaudah yang sabar aja


 ini adalah foto saat MRI ke 2





oke baiklah sekian dulu sobat. saya baru ingat kalau ada PR. demikian pengalaman yang bisa saya ceritakan. nanti2 saya lanjutin lagi. terimakasih
wassalaualaikum wr. wb

37 komentar:

  1. gimana sekarang kabarnya? apakah sudah sembuh dan normal kembali? proses operasi ke sembuh berapa lama? setelah operasi apa ada proses lagi? misal fisiotherapy? berapa lama?

    BalasHapus
  2. Trimakasih untuk share soal MRI. Batita saya disarankan untuk MRI krn ada problem speech delay. Tapi kalo seperti itu proses MRI, sepeetinya susah ya buat anak2. Jgnkan 1 jam, 20 menit pun akan sulit :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau anak2 boleh ditemani didalam ruangan, soalnya saya jg sempat ditawari kalau mau ditemani, dg syarat yg ikut jg meminimalisir gerakan didalam ruangan selama MRI berlangsung

      Hapus
  3. sama dokter siapa oprasinya sis?

    BalasHapus
  4. halo,maaf mau tanya, jadi apakah untuk MRI di rumah sakit Elisabeth medan jadi digratiskan karena bpjs? saya kurang paham kalimat "Biaya MRI senilai 2 juta rupiah yang dibawa dari RS(6) dibayarkan oleh kakak perawat pada saat pendaftaran MRI" kalo iya gratis, syaratnya seperti apa ya? terimakasih banyak sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi sebenarnya saya masih ditangani oleh RS mitra sejati. tapi karena d RS tersebut belum punya peralatan MRI, jd saya MRI di elisabeth tanpa rujukan, biayanya dr BPJS yang ada di RS mitra sejati. jadi di elisabeth saya dianggap pasien umum karena tetap harus bayar, tapi yang bayar bukan saya melainkan BPJS dr mitra sejati

      Hapus
  5. Halo,
    Terima kasih untuk sharingnya mengenai MRI. Kebetulan saya juga mengalami cedera lutut sudah dua tahun yang lalu. Ligamen saya dan bantalan sendi saya sobek. Dokter bilang saya harus operasi untuk sembuh total, tetapi saya belum scan MRI dan menjadwalkan operasi karena takut biaya mahal. Mohon bisa diperjelas untuk prosedural rujukan MRI. Apakah saya ke dokter umum yg ditunjuk baru minta rujukan ke dokter orthopedi?

    Terima kasih banyak.

    BalasHapus
  6. terimakasih juga sudah berkunjung, saya menggunakan BPJS, kebetulan faskes saya itu klinik dokter, bisa juga puskesmas tergantung yang terdekat dan enaknya gimana kita yg pilih, jadi saya dtg ke dokter yg tertera d faskes(kartu BPJS), kemudian dirujuk ke RS, nah kalau d RS tersebut peralatannya tidak ada, maka akan dirujuk ke RS yang peralatannya lebih lengkap.

    BalasHapus
  7. Wah ligament 😐.. biasa pemain sepak bola yg ngalamin ini bisa absen dr lapangan 7-8 bulan mbak..

    BalasHapus
  8. Kak katanya ga boleh pake deodorant sama make up yah emg bener?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maksudnya waktu MRI? wah itu kayaknya agak berlebihan deh hehe,

      Hapus
  9. Apakah sakit yang di derita mbak nya waktu itu seperti ini di samping lutut sebelah kiri dan di belakang lutut seperti tertusuk jarum dan ngilu dan telapak kaki terasa seperti terbakar, di daerah sekitar jempol kaki terasa berdenyut denyut dan urat di atas telapak kaki terasa sakit? Oiya bagian panggul juga apakah terasa ngilu dan seperti tertarik tarik, saya ingin cek mri tapi bingung gimana cara daftar nya, saya pengguna bpjs juga mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm kmren cm lutut ga bsa ditekuk aja sm susah buat naik tangga, ga sakit telapak, jari sm pinggul jg. Caranya ke puskesmas/Dokter yg tertera di kartu bpjs dulu baru minta rujukan k RS. Kalau disarankan dokter untuk MRI dan d RS itu gaada MRI, maka akan dirujuk lg k RS yg ada MRInya

      Hapus
  10. Saya sudah fisioterapi d rs swasta,dan dokter menyarankan mri.berhubung terkendala dgn biaya.Bisakah puskesmas bpjs memberi rujukan mri langsung ke rs yg ada mri nya walaupun data2 sakitnya dr rs swasta

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah berkunjung, BPJS bkn hanya di RS pemerintah, di RS swasta jg ad yg menerima BPJS. jd bisa saja BPJS merujuk ke RS yg ada MRI nya. tapi, BPJS dari faskes tk 1(puskemas/klinik dokter) hanya bisa memberi rujukan ke RS tipe C, biasanya RS yg punya MRI itu tipe B atau A, jadi dari RS tipe C itu bisa minta rujukan lg ke RS tipe B. atau tetap ditangani oleh RS tipe C tetapi menumpang MRI saja di RS tipe B. demikian semoga bisa membantu

      Hapus
    2. Maaf,setahu saya sekarang bisa dirujuk ke RS terdekat apapun tipe RS nya, kecuali tipe A krn rujukan terakhir.

      Hapus
  11. Makasih info MRI dengan menggunakan bpjs nya... krn saya butuh kepastian tentang cairan bantalan tulang belakang
    Mudah mudahan ade sehat kembali dan diberkahi rahmat Alloh SWT Aamiin Ya Robbal'allamiin

    BalasHapus
  12. Jangka waktu nunggu sampai bpjs meng acc untuk mri berapa lama ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tergantung Rumah sakitnya, ada yg bisa krg dr seminggu, ad jg yg mgkin lebih dr 3 minggu

      Hapus
  13. hahak ketawa ngakak bener bunyi mesin mri gituh, saya deg deg an nunggu hasil mri niy mudah2an aq rapopo, cuma cairan dengkul susah kempes. aneh hasil mri saya diinfokan pertama 3 minggu, trus di operator mri bilang seminggu, lha kok dek bisa besoknya yah.... hopo tumon...

    BalasHapus
    Balasan
    1. malah pas MRI ke 2 cm nggu 1 jam, udh keluar hasilnya. semoga cepat sembuh yaa

      Hapus
  14. Setelah operasi pemulihanya berapa lama? Keluhan saya sama seperti itu kalau sampai besok belom ada perubahan saya dirujuk untuk melakukan MRI

    BalasHapus
    Balasan
    1. tergantung seberapa sering latihan dan ikut fisioerapinya, kalau sy wkt itu seminggu pasca operasi udah bisa jalan2 kepasar. hehe

      Hapus
  15. Mau tanya, dari bagian radiologi hasil MRInya dapat apa saja mbak? Bisa disebutkan? Apa dapat print gambar per slice itu atau dapat cd juga?

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah.. senangnya bisa mendengar cerita mba..
    Sy jg dianjurkan dokter utk MRI krn ada penyempitan tulang belakang di leher, setelah membaca pengalaman mba akhirnya sy ke cukup semangat utk menjalaninya walaupun sy agak fobia sama suasana gelap dan sempit.

    BalasHapus
  17. Semangat mba, semoga dilancarkan semuanya ya dan semoga lekas sembuh, saya juga takut banget kok awalnya, tp alhamdulillah sudah terlewati :)

    BalasHapus
  18. Doakan saya ya mba besok saya MRI, ligamen sama bantalan saya juga sobek udah pernah ke tukang urut,dokter tulang,disuntik cairan udah pernah nyoba semuanya yg mba juga lakuin. Terimaksih ceritanya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimkasih kembali mbak, mudah2an sekarang sudah pulih ya :)

      Hapus
  19. Ahhh.... thx sharingnya mba, sy lagi antri di radiologi untuk MRI nih, do'ain yah mdh2an lancar dan tidak ketakutan hehee

    BalasHapus
  20. Suami saya sakit saraf drongsen dan cek darah sehat,tp keluhan tidak bisa duduk terlalu lama tanpa sandaran..
    Dkasih obat saraf lambung gk kuat sampe tenggorokan dan lidah panas..
    Cek dokter sana sini katanya gpp..
    Kl misal qt minta mri bisa tidak y????
    Alnya berbulan2 penyakitnya tidak dketahui karena hasil baik semua..
    Takutnya tumot/kanker dtulang belakang...
    Mohon pencerahannya???

    BalasHapus
  21. Halo kak. Maaf baru bisa jawab krn udh lama ga buka blog. Biasanya MRI jarus ada rujukan dr dokter kak. Kalau misal ngerasa perlu MRI lebih baik ke dokter terus coba diminta rujukannya ka. Mudah2an cepat membaik suaminya ya kak

    BalasHapus